Essay yang Gagal Buat LPDP

Udah lama ga posting. Gue teringat sekitar 3 tahun yang lalu gue apply beasiswa pascasarjana LPDP dan diharuskan menuliskan essay tentang “sukses terbesar dalam hidupmu”. Berhubung barusan ngubek-ubek Google Docs, berikut gue share essay LPDP yang gagal tersebut. Semoga menjadi pelajaran untuk bagaimana tidak menulis essay seperti ini untuk LPDP biar bisa lulus. 😛


Langkah Menuju Kesuksesan

Bagi sebagian orang, sukses itu bergantung dari hasil yang dicapai. Sangat tidak adil apabila kita gelap mata terhadap langkah menuju hasil yang dituju. Proses menuju target yang ingin dicapai merupakan penentu besar dari kesuksesan, sedangkan hasil yang diperoleh itu ibarat buah tangan kehidupan atas proses-proses yang telah dilalui.

Kita bisa merenungkan, apakah orang-orang yang menempuh langkah yang tidak halal dan etis pantas untuk disebut sukses walaupun langkah-langkah tersebut mengantarkannya kepada tujuan. Tentu nurani kita bergejolak dan enggan menerima pernyataan bahwa orang yang, sebagai contoh, mendapatkan kemakmuran dari hasil korupsi atau mendapatkan IPK tinggi dengan plagiarisme sebagai orang sukses. Walaupun bisa dikatakan bahwa yang bersangkutan “sukses berbuat curang”, tetapi bukan “sukses” yang seperti itu yang kita ingin cari.

Salah satu langkah besar menuju kesuksesan hakiki adalah perjuangan dan pengorbanan. Tiada kesuksesan tanpa perjuangan dan pengorbanan, bahkan kemerdekaan Indonesia juga diperoleh dari langkah yang sama. Saya dapat merefleksikan arti perjuangan tersebut ketika menghadapi kegagalan untuk mendapatkan kesempatan belajar di sekolah menengah atas terfavorit di Surabaya. Merupakan impian besar saya dan kedua orang tua agar saya dapat duduk di sekolah favorit. Namun akhirnya saya harus berbesar hati bahwa saya harus bersekolah di samping sekolah favorit tersebut.

Sepanjang tahun saya berkaca pada diri dan saya menyadari bahwa saya harus berjuang lebih keras lagi. Saya akhirnya menetapkan target saya lebih tinggi lagi: mendapatkan kursi di salah satu universitas terfavorit di Indonesia. Saya tahu bahwa persaingan untuk memenangkan kesempatan belajar di kampus kuning tidak main-main, sehingga saya tidak punya lagi waktu untuk bermain-main.

Ratusan lembar latihan soal SPMB saya telan sejak duduk di bangku kelas dua SMA. Saya membawa buku latihan soal setiap hari ke sekolah hingga tas saya besar layaknya ingin naik gunung. Itu saya lakukan sebagai bentuk tekad bulat untuk belajar kapanpun dimanapun ada kesempatan. Tak luput bimbingan belajar luar sekolah saya ikuti seoptimal mungkin, sebagai bentuk keseriusan setelah pengorbanan kedua orang tua saya yang mengencangkan ikat pinggang dan membanting tulang lebih keras demi membantu memperoleh impian saya.

Saya dihadapkan pada pilihan lain sepanjang perjalanan saya menuju kampus perjuangan. Teman-teman seperjuangan mengajak untuk menempuh opsi-opsi lain tersebut sebagai cadangan. Gadjah Mada dan Ganesha sempat saya lirik sebagai tambatan untuk menuntut ilmu. Namun saya menyadari bahwa tujuan utama saya adalah Makara, dan saya harus fokus untuk mencapai tujuan tersebut. Risiko harus saya ambil dengan melewatkan UM-UGM dan USM-ITB dan menjadikan SPMB sebagai penentu pertama dan terakhir ke mana saya akan menuntut ilmu.

Sikap terpenting yang diperlukan agar menjadi sukses adalah pantang menyerah. Pengalaman saya memperjuangkan tiket pesawat ke Amerika Serikat melalui program pertukaran pelajar AFS mengajarkan saya akan hal tersebut. Betapa saya sangat terpukulnya pada saat itu mendapatkan surat dari Jakarta yang menyatakan bahwa saya tidak dapat diberangkatkan. Seketika saya merasa saya gagal mencapai impian dari kecil untuk menjadi siswa pertukaran pelajar. Tapi perlahan saya kembali tegar dan menyadari bahwa target saya tidak hanya itu. Masih banyak pencapaian yang bisa saya raih selain menjadi siswa pertukaran pelajar.

Apabila berkata tentang sukses dari kacamata pencapaian yang terlihat saja, mungkin tidak banyak kesuksesan yang telah saya raih. Padahal sejatinya banyak sekali kesuksesan yang secara implisit yang tercapai selama proses mengejar target yang ingin diraih. Untuk melihat kesuksesan tersebut, kita perlu untuk melakukan refleksi terhadap diri sendiri dan mensyukuri sepenuhnya apa yang telah kita capai hingga detik ini. Sebuah nasihat yang setiap saat diingatkan oleh Ibunda dan Ayah.

Hidup adalah perjalanan kita hingga tiba pada nafas terakhir kita. Pencapaian di satu titik tidak semata-mata bahwa kita telah sukses. Menentukan sasaran yang lebih tinggi akan mengarahkan dan membentuk kita menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam kehidupan. Masih banyak mimpi-mimpi yang ingin saya raih, mimpi yang dijadikan sebagai tujuan agar dapat menjadi kenyataan. Walaupun terdengar seperti orang yang tidak mensyukuri, sejatinya sikap tidak mudah berpuas diri dapat mengarahkan kita ke arah yang positif, salah satunya adalah membuka peluang kita untuk berkarya lebih besar lagi dalam kehidupan kita.

Semakin tinggi target yang kita tentukan, maka akan semakin berat perjuangan untuk mencapai target itu. Walaupun begitu, dengan perjuangan, pengorbanan, keteguhan, tekad bulat, sikap pantang menyerah, dan segala perilaku baik yang diajarkan pada pelajaran PPKn di masa sekolah dahulu, kita dapat meraih tujuan tersebut dengan langkah di jalan yang benar seberat apapun medan yang harus dilalui. Sebuah faktor esensial penentu kesuksesan dalam kehidupan.


Well, sounds bullshit? Kinda lol. But definitely that is what I feel everyday until this day, and that is my idealism that I hold and will always hold until my last breath 🙂

On the other hand, I don’t think my failure for LPDP was due to this essay lol 😛

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *