Hahahaha. Gw dibilang sama salah seorang sahabat gw katanya blog gw isinya galau-galau. 😛 Well, sebenernya dari dulu blog gw adalah tempat gw mencurahkan isi pikiran gw dalam bentuk tulisan, yang mungkin bakal sulit kalau disampaikan secara lisan. Bukannya galau atau gimana, emang seperti yang gw udah pernah bilang sebelumnya, gw tuh punya kecenderungan kebanyakan pikiran. Jadi kalo enggak dicurahkan di tulisan, bisa-bisa otak gw yang meledak sama pikiran-pikiran itu. 😉 Kebetulan aja dalam beberapa bulan terakhir ini gw memberanikan lagi untuk menulis tulisan-tulisan pemikiran gw di blog setelah sekian lama vakum. 😀

Jadi kemarin gw terpikirkan dengan sebuah kata: JANJI. Menurut Wikipedia, janji, atau bahasa Inggrisnya promise, adalah komitmen dari seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sebagai manusia yang berbudi pekerti luhur, kita harus menepati janji-janji yang telah kita buat. Karena ada pepatah: janji adalah hutang.

Janji tuh bermacam-macam bentuknya. Ada yang janji kita tegaskan dengan lisan bahwa kita berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Ada juga janji secara implisit di mana orang lain meminta sesuatu kepada kita dan kemudian kita mengatakan ‘iya’ terhadap permintaan orang lain tersebut.

Janji juga nggak terbatas kepada orang lain saja. Kita juga bisa berjanji kepada diri sendiri, berjanji kepada waktu, dan berjanji kepada Tuhan. Semuanya adalah janji, semuanya adalah hutang, dan semuanya harus kita penuhi. Tidak peduli siapa yang kita janjikan, sewaktu-waktu mereka dapat menagih janji-janji kita dengan berbagai cara.

Teringatlah gw bahwa gw sudah terlalu banyak membuat janji. Gw telah menumpuk janji-janji yang telah gw utarakan tak terbayarkan. Entah apa yang membuat gw malas dan melupakan janji-janji tersebut. Padahal gw bukanlah orang yang suka dengan hutang, tapi janji-janji yang sebenarnya adalah hutang tersebut kerap gw tumpuk hingga menggunung.

Andaikan ada debt collector yang mengejar-ngejar kita ketika kita belum membayar janji-janji kita, mungkin gw sudah diperas habis-habisan untuk membayar semua janji-janji gw hingga lunas. Andai juga janji itu layaknya kartu kredit, mungkin tagihan kartu kredit gw sudah berlembar-lembar, dan Bank Indonesia sudah mem-black list gw dari daftar kreditor sehingga tidak bisa lagi menggunakan kartu kredit gw.

Betapa bodohnya gw membiarkan hutang-hutang gw tak terbayarkan. Padahal namanya hutang ya tetap adalah hutang. Suatu saat gw akan ditagih, jika tidak di dunia, di akhirat ketika berhadapan dengan Sang Pencipta gw akan disejajarkan dengan pihak yang gw janjikan dan ditanyakan apakah janji gw sudah gw penuhi atau belum. Apakah gw melanggar janji-janji gw atau tidak, dan apakah gw sudah berusaha semaksimal mungkin menjaga janji gw atau tidak.

Gw ingin menyudahi kekhilafan gw selama ini. Gw ingin menepati dan menjalani janji-janji yang telah terucapkan sebaik-baiknya sebelum terlambat. Selama gw masih memiliki nafas, detak jantung, dan nyawa, gw akan membayar semua janji-janji itu hingga semuanya lunas. Sehingga suatu ketika pada saat gw harus kembali kepada-Nya, tidak ada lagi ganjalan yang harus gw pikul.

Gw juga teringat bahwa suatu ketika, seorang teman dekat pernah menagih janji gw kepada dia dulu. Bahkan gw lupa apa yang pernah gw janjikan kepada dia. Dia juga nggak mau bilang apa janji gw dan menyuruh gw untuk berusaha mengingat janji gw itu. Sampai sekarang pun gw belum berhasil mengingat apa yang gw janjikan dulu. Entahlah apakah gw bisa membayar janji yang terlupakan itu sebelum akhir hayat gw atau tidak, namun semoga saja gw bisa membayar janji gw itu.

Semoga Allah mengampuni gw atas keterlupaan gw akan janji-janji yang sudah pernah gw ucapkan. Gw bersyukur sekali Allah masih membukakan pintu hati gw dan menyadarkan gw bahwa gw sudah terlalu banyak melupakan janji-janji gw. Gw berdo’a semoga gw bisa terus memiliki tekad yang keras sekeras dan sekuat baja tahan karat untuk menyelesaikan semua janji-janji gw. AMIN.