Perjalanan Menuju Kuliah Pascasarjana: Memilih Jurusan
Beberapa individu memilih untuk langsung melanjutkan studi pascasarjana ketika lulus kuliah sarjana. Pada umumnya mereka sudah mantap untuk memilih bidang studi yang akan mereka tempuh, dan mereka umumnya sudah memiliki pengalaman yang diperoleh semenjak duduk di bangku kuliah, misalnya pengalaman riset skripsi maupun independen. Namun untuk orang-orang seperti gue, yang cenderung pragmatis, terkadang masih bingung untuk memilih studi pascasarjana apa yang akan ditempuh ketika lulus kuliah.
Berdasarkan pengalaman teman-teman gue dan dosen pembimbing gue, studi pascasarjana harusnya lebih spesifik dan mendalam ketimbang studi sarjana. Studi pascasarjanapun tidak melulu harus sama dengan bidang studi di awal, namun tentunya sebelum bisa menempuh studi pascasarjana, kita harus sudah memiliki dasar ilmu yang cukup di bidang studi pascasarjana tersebut.
Misalnya, jika kita yang studi sarjananya di bidang Teknik Mesin lalu ingin mengambil pascasarjana bidang Ilmu Komputer, kita diharuskan untuk memiliki dasar ataupun pengalaman di bidang Ilmu Komputer sebelum bisa menempuh studi pascasarjana. Umumnya biasanya terdapat program matrikulasi atau penyetaraan sebelum mahasiswa pascasarjana dapat mengambil kuliah pascasarjana yang berbeda jurusan dengan kuliah sarjananya. Tapi kembali lagi, perlakuan masing-masing universitas akan berbeda terkait hal ini.
Lantas, memilih bidang studi tentunya harus kembali lagi ke diri kita, apakah bidang yang ingin kita tekuni. Idealnya adalah bidang yang memang kita sukai dan yang akan kita jadikan jalan hidup untuk ke depannya. Jangan pernah memilih bidang studi hanya karena ikut-ikutan atau karena lagi trending. Kita harus bisa memahami kelebihan dan kekurangan diri kita, serta minat kita terhadap bidang studi yang akan kita tempuh.
Bagi individu-individu semacam gue yang bekerja dulu setelah kuliah, pandangan terhadap bidang minat dapat berbeda dengan ketika zaman kuliah dahulu. Perspektif dapat berubah-ubah seiring dengan pengalaman kerja yang kita dapat, dan permasalahan-permasalahan dunia kerja yang kita selesaikan. Sebenarnya ini menguntungkan kita karena kita memiliki waktu yang lebih banyak dan longgar untuk memahami apa jati diri kita dan apa yang akan kita cita-citakan dalam karir kita hingga pensiun nanti.
Sebagai cerita, ketika jelang lulus kuliah dulu, gue fokus dengan dosen pembimbing gue dalam bidang Perolehan Informasi (Information Retrieval). Gue juga sangat tertarik dengan bidang Pemrosesan Bahasa Natural (Natural Language Processing) karena inspirasi-inspirasi yang diberikan oleh dosen pembimbing gue. Pada tahun 2015 gue mendaftar kuliah pascasarjana, bidang spesialisasi yang terbayang di kepala gue masih terkait dengan topik tersebut. Sebenarnya lebih banyak dikarenakan pengalaman kerja di bidang Ilmu Komputer yang cukup kurang gue dapatkan selama gue bekerja sebagai konsultan (Gue akan cerita lebih banyak tentang ini nanti ;-)).
Setelah pendaftaran tahun 2015 yang gagal total, gue memutuskan untuk pindah pekerjaan ke bidang yang lebih teknis sebagai programmer. Selama bekerja sebagai programmer, gue menemukan passion gue yang lebih dalam di bidang system software, bahasa pemrograman, dan API development. Berbekal dengan pengalaman dan keinginan untuk menjadi praktisi di bidang tersebut, gue memutuskan untuk mendaftar ke pascasarjana dengan topik yang dekat dengan bidang tersebut. Bahkan pada pendaftaran di tahun 2018 ini, gue sama sekali tidak menyebutkan minat lama gue di bidang NLP karena gue sendiri sampai sekarang tidak pernah punya pengalaman riil di bidang tersebut.
Oleh karena itu, jangan pernah takut jika masih belum memiliki bidang minat apa yang akan kita tempuh, karena kita dapat mencarinya seiring dengan kita menjalani karir kita. Beri waktu yang cukup untuk diri kita memahami apa yang sebenarnya kita suka dan kita inginkan. Ketika kita sudah menentukan apa yang kita mau, persiapkan langkah dan bekal kita untuk mencapai target tersebut.