Cobaan Terberat
(First I’m going to say sorry if you’re kinda offended if I’m too often writing a religious post in my blog. But all I believe that we are the man of God, we may believe God in different form but we’re going to achieve the path of God that we believe. So this writing is actually can also inspire you who have different religion with me to do with what you believe. In fact some religions also have the same name for their God. It might be like a pluralism thought but yeah, that’s me. 🙂 )
Allah memang selalu menguji hamba-hambanya dengan berbagai macam bentuk. Sebagai hamba-Nya yang beriman seharusnya kita sabar dalam menghadapi ujian-ujian yang dihadapkan kepada kita. Ujian-ujian itu diberikan untuk menguji seberapa kuat kita menjadi manusia yang beriman kepada-Nya.
Berbagai macam bentuk ujian yang diberikan kepada kita. Mulai dari tugas akhir kita yang tak kunjung selesai dan tak mendapatkan kekuatan untuk memulai mengetik tugas akhir kita. Bisa juga mobil kita mogok di tengah jalan ketika kita ingin menghadiri acara bersama sahabat kita, yang membuat acara tersebut gagal total. Atau mungkin karena jaket kesayangan kita yang baru kita beli hilang di cucian padahal baru kita pakai sekali atau dua kali. Atau yang paling parah adalah ketika kita difitnah dari belakang oleh orang-orang kita percayai. Mungkin itu semua pernah terjadi sama kita. Tapi buat gw, itu semua bukanlah cobaan terbesar.
Cobaan terbesar dan terberat buat gw adalah nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah buat gw. Gw mendapatkan berbagai macam nikmat yang tak terkira sepanjang hidup gw. Mulai dari kedua orang tua yang dengan setia merawat dan menjaga gw sejak gw membuka mata untuk pertama kalinya. Kemudian masa-masa gw kecil yang penuh dengan keingin-tahuan akan dunia yang begitu luas. Tiap detik berlalu hingga gw remaja, bertemu dengan orang-orang yang menjadi sahabat-sahabat gw. Dan beranjak menuju kedewasaan gw meraih mimpi-mimpi gw dengan jalan yang sangat dimudahkan.
Nikmat seringkali membuat kita terlupa akan keberadaan Yang Maha Mengatur. Kita terbuai dengan kenikmatan kita tanpa mengucapkan rasa syukur kita kepada-Nya. Ketika kita dimanjakan dengan kenikmatan duniawi kita seakan tidak membutuhkan Allah yang selalu setia memberikan kita kenikmatan dan kebahagiaan. Jika kita sampai terlupa akan keberadaan Tuhan yang telah memberikan nikmat kepada kita, sudah dipastikan kita gagal menjalani ujian tersebut.
Nikmat yang tak terkira seringkali menumbuhkan sikap egois gw. Gw terkadang tidak ingin lepas dari nikmat-nikmat yang telah diberikan kepada gw. Gw juga didera rasa ketakutan bagaimana jika sewaktu-waktu nikmat itu dicabut. Padahal gw sebenernya menyadari, tidak ada sesuatu di dunia yang abadi. Suatu masa dapat saja Allah mengambil nikmat yang telah Dia berikan kepada kita.
Ketika Allah perlahan-lahan mengambil nikmat yang Dia berikan kepada gw, gw mulai meratapi kehilangan gw atas nikmat-nikmat tersebut. Gw menyayangkan kenapa gw tidak dapat lebih lama lagi merasakan nikmat-nikmat yang telah diberikan itu. Gw mempertanyakan kenapa waktu berdetak sangat cepatnya bahkan gw tidak sempat menikmati segala kenikmatan yang gw dapatkan dengan sedalam-dalamnya. Terkadang gw selalu terbayang untuk mengulang semua itu dari awal lagi agar gw bisa menikmati nikmat-nikmat gw lebih lama lagi.
Tentu saja dengan berpikiran seperti itu gw sudah diujung tanduk dalam kegagalan gw menghadapi cobaan terbeat gw. Namun sekali lagi gw dibukakan pintu hati gw untuk melihat semuanya dengan jelas. Bahwa gw menjadi manusia harus selalu sabar dalam menghadapi segala nikmat yang kita dapatkan. Semua itu hanyalah nafsu yang seharusnya gw redam agar tidak berkecamuk dalam hidup gw. Gw akhirnya hanya bisa berdo’a semoga Allah memberikan kembali segala nikmat-Nya baik saat ketika gw masih menginjakkan kaki gw di dunia yang fana ini, ataupun nanti di akhirat di mana gw bisa mendapatkan nikmat-nikmat tersebut secara abadi.
Memang buat gw cobaan terberat buat gw adalah sabar dalam menghadapi setiap nikmat yang diberikan kepada gw. Sabar dalam menghadapi kenyataan bahwa di dunia tidak ada nikmat yang abadi. Sabar dalam menahan segala hawa nafsu gw menghadapi nikmat-nikmat di depan mata gw. Dan juga sabar menanti ketika tiba saatnya gw memperoleh kembali nikmat-nikmat yang telah diambil kembali oleh Allah.
Alhamdulillah gw masih bisa bersyukur dan menitikkan air mata bahwa betapa beruntungnya hidup gw dengan segala nikmat yang telah diberikan oleh-Nya. 🙂