Academic Honesty
Apa yang kalian pikirkan ketika melihat seperti ini?
Melanjutkan opini gw tentang Perilaku Anti-Koding di Fasilkom, gw melihat banyak dosen-dosen menampilkan formulir Academic Honesty di SCeLE mereka untuk menekankan segala macam tugas yang dibuat oleh mahasiswa adalah benar-benar karya orisinil mereka. Tapi kali ini gw nggak hanya mau membawa soal Fasilkom, melainkan urusan yang lebih global.
Jadi ternyata dan sebenarnya, masalah anti-koding tidak hanya terjadi di Fasilkom UI. Sudah pasti di Indonesia, contek-menyontek merupakan budaya yang amat subur mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Gw sebagai siswa dan mahasiswa tentunya pernah menjadi pihak-pihak yang menyuburkan praktek ketidakjujuran seperti itu. Gw nggak mau munafik, gw pun selalu menyontek tugas-tugas Bahasa Jawa gw (bukan Bahasa Java ya :D) ketika gw masih SMP, dan sebaliknya gw memberikan contekan kepada mereka terutama dalam pelajaran Bahasa Inggris, Matematika, dan Komputer. Begitu pula saat gw SMA, gw sering nyontek di pelajaran-pelajaran ilmu sosial, dan gw memberikan contekan ke teman-teman gw pelajaran-pelajaran ilmu sains alam.
Saat kuliah, gw mendapati ternyata perilaku contek-menyontek saat ujian hampir 100% haram. Tapi jika di luar kelas, seperti tutorial, budaya copy-paste memang terjadi dan cukup marak. Terutama dalam beberapa angkatan terakhir.
Saat liburan semester 3, gw pernah diminta untuk coding-for-a-fee untuk tugas kelompok dari universitas yang sangat-sangat terkenal di Indonesia, dan di jurusan yang sangat-sangat prestisius. Bahkan gw sebenernya pernah pengen daftar ke sana tapi nggak jadi. Teman dekat gw sebagai penghubung gw dengan “klien” gw mengatakan bahwa mereka butuh orang yang ngerjain tugas akhir semester mereka. Katanya mereka nggak mau dan nggak tertarik dengan Computer Science, tapi mereka masuk ke universitas beken itu untuk masuk jurusan telekomunikasi-nya. Tapi karena sistem universitasnya yang mengadakan kuliah dasar sebelum penjurusan, temen-temennya temen deket gw itu “ketiban sial” untuk ikut mengoding.
Sungguh sangat mengejutkan sebenarnya buat gw melihat kenyataan bahwa di universitas top seperti itupun, budaya plagiarisme juga terjadi, dan kabarnya beberapa tahun terakhir, kondisinya hampir sama memprihatinkan dengan kondisi di UI sendiri. Walaupun gw sebenernya gw kurang suka memberikan keringat gw untuk menjadi credit-point orang lain, namun karena saat itu gw masih “polos” dan kepepet butuh duit (hidup di Jakarta susah bro tanpa duit :P), akhirnya gw menerima kerjaan itu. Lagipula menurut gw kerjaannya cukup mudah, buat gw.
Oh mau jadi apa Indonesia di masa depan nanti?
Gambar di post ini merupakan gambar yang ditemukan oleh Andreas Febrian, Fasilkom 2003.