Ketika Sedang Galau
Galau. Itu kata jadi sering gw pake karena sering banget ngeliat tweet di timeline gw yang nyebutin kata itu. Kalo mao dibilang galau, ya gw juga sering lah. Apalagi ketika stress sedang memuncak, masalah mendera, dan gw bingung gw harus memulai langkah ke mana.
Banyak kegalauan gw disebabkan karena tumpukan tugas-tugas kuliah gw yang nggak ada habisnya. Belum lagi kerjaan gw di tempat lain seperti asdos, dll. Rutinitas dan kesibukan gw seperti nggak ada habisnya. Padahal gw sendiri udah berusaha mengurangi intensitas kesibukan gw.
Belum lagi kenyataan bahwa gw akan segera lulus. Gw harus mempertahankan prestasi gw, serta harus menyiapkan rencana untuk gw menapak di masa-masa gw harus mandiri.
Gw kemaren baru “diceramahin” sama nyokapnya Naning yang bikin gw sekarang banyak berpikir bahwa gw sudah lumayan menyia-nyiakan tiga setengah tahun masa-masa kuliah gw. Banyak hal yang sebenarnya bisa gw lakukan namun tidak gw lakukan. Belum lagi tahub ketiga gw dengan keterpurukan prestasi akademik gw yang membuat gw menyesali semua ini.
Memang menyesal ga ada gunanya. Semua emang udah terjadi, mau bagaimana lagi. Sekarang adalah saatnya bagaimana gw menghadapi dunia di hadapan gw. Walaupun sebenarnya gw juga sudah memiliki persiapan amunisi untuk menghadapi tantangan di depan gw, gw tetap saja takut akan kegagalan yang mungkin akan menimpa gw nantinya.
Well, that is my biggest fear always: failure, which makes me fear to walk down even the plainest path in front of me. I’m such a coward after all. That makes me no man at all.