Trip To Borneo 2010 – Part 1
Ok. Sekarang gw pengen cerita-cerita tentang pengalaman pertama gw menginjakkan kaki di bumi Kalimantan. Buat gw, gw terkadang merasa Indonesia tuh sempit hanya sebatas Jawa yang sangat ekstra padat penduduknya. Gw sudah menjelajahi Jawa dari Anyer hingga ujung Banyuwangi, dan dari Cirebon hingga Jogjakarta. Selama ini hidup gw memang hanya selalu berputar di pulau kecil bernama Jawa.
Suatu ketika, gw mendapatkan kesempatan untuk menjadi staf pengajar di kegiatan Change For Justice (C4J) dari USAID untuk mengajarkan Windows 7 kepada staf-staf Pengadilan Negeri Samarinda. Gw mendapatkan kesempatan itu dari teman gw Raufan Multahada, selaku MIC Lead, di mana dia mendapatkan lowongan itu dari Pusilkom UI. Ketika disuruh pilih antara Palembang, Bandung, dan Samarinda, langsung saja gw memilih Samarinda karena gw anggap paling jauh.
Gw yang pada dasarnya benci IPS ini tentu saja tidak begitu pintar mengenai geografi Indonesia. Nah gw ga tau dimanakah Samarinda itu sebelumnya. Gw kira Samarinda itu di Sulawesi :D. Eh ternyata salah! Yang bener itu Samarinda ada di Kalimantan, dimana kota Samarinda merupakan ibukota dari Kalimantan Timur. Dengan ini saya mohon maaf kepada ibu Siti Khotidjah selaku guru Geografi saya ketika kelas 2 SMA karena saya sering bolos kelas ibu 😛
Ya jadi gw ternyata akan menuju ke Kalimantan! Betapa senangnya gw karena akhirnya gw akan menginjakkan kaki di pulau terbesar se-Indonesia, dan pulau terbesar ketiga sedunia! Perjalanan gw ke pulau yang berbentuk mirip ayam itu menggunakan pesawat udara Garuda Indonesia pada hari minggu, 21 November 2010 jam 5.45 dari Bandara Soekarno Hatta.
Pagi buta gw enggak tidur sama sekali karena takut telat bangun. Jadinya gw begadang hingga gw berangkat ke bandara jam 3 pagi naik taksi. Gw bersama dengan dua orang lainnya yang mana salah satunya adalah dosen gw. Gw sampe bandara jam setengah lima, langsung ketemuan dengan dua orang lainnya dan langsung check in.
Penerbangan pagi itu gw pake pesawat Garuda yang udah butut, bukan yang baru. Jadinya ngga ada tivinya. Penerbangannya memakan waktu sekitar satu setengah jam. Penerbangannya juga nggak langsung ke Samarinda. Pertama kita harus mendarat di Balikpapan, lalu melanjutkan perjalanan menuju Samarinda melalui jalur darat. Di atas pesawat gw banyak tidur karena gw semaleman begadang biar ga telat bangun.
Setelah mendarat di Bandara Sepinggan, Balikpapan, kita langsung naik mobil penjemput yang sudah dikoordinasi sebelumnya untuk mengantar kami ke Samarinda. Perjalanan dari Balikpapan menuju Samarinda kira-kira membutuhkan waktu 2 hingga 3 jam. Jarak dari Balikpapan ke Samarinda sekitar 115 KM. Hampir sama dengan jarak antara Jakarta dan Bandung.
Perjalanan di bumi Kalimantan sangat berbeda dibandingkan dengan di Jawa. Jalanan antara Balikpapan dan Samarinda sangat mulus. Walaupun jalanan hanya dua jalur untuk dua arah, hampir tidak ada lubang di jalanan, dan jalanan teraspal dengan sangat mulus. Namun, karena kontur Kalimantan yang berbukit-bukit, kami melalui jalanan yang berkelok-kelok dan naik-turun. Cukup untuk membuat perut mual, karena seluruh jalan dari Balikpapan menuju Samarinda memang berkelok-kelok penuh dengan tikungan.
Hutan hujan tropis mengelilingi jalanan menuju ke Samarinda. Dari pinggir jalan kami melihat bahwa di sini hutan masih sangat padat. Tidak seperti di Jawa dimana hutan sudah hampir nihil, dan di pinggir jalan hanya ada sawah terhampar luas. Namun, pada kenyataannya, sebagian besar Kalimantan juga sudah gundul karena penebangan hutan dan penambangan batu bara.
Penambangan batu bara di Kalimantan berbeda dengan penambangan batu bara seperti di Chile. Di Kalimantan, sumber batu bara berada dilapisan terluar dari tanah. Sehingga tidak perlu menggali terowongan bawah tanah untuk mendapatkan batu bara. Namun untuk mendapatkan batu bara yang tersimpan di bawah bukit kapur tersebut, hutan harus dibabat dan gunung harus dikeruk. Di pinggir jalan kami sering melihat gunung-gunung kapur terbelah bekas penambangan batu bara.
Selain batu bara, batu yang digunakan untuk fondasi rumah juga ditambang dengan cara yang sama. Berbeda dengan pulau Jawa yang cenderung menggunakan batu kali, batu hasil tambang inilah yang digunakan untuk fondasi rumah di Kalimantan. Gw sendiri lupa nama batunya.
Ketika kita mendekati Samarinda, mulai terlihat tepian sungai Mahakam yang sangat lebar. Walaupun tidak selebar sungai Kapuas, sungai ini sangat lebar sehingga membelah Kalimantan Timur menjadi dua bagian. Samarinda berada pada bagian seberang sungai Mahakam, sehingga kita harus melewati jembatan Mahakam untuk menuju ke sana.
Sungai Mahakam cukup lebar sehingga banyak kapal-kapal sedang dan kapal tongkang pengangkut batu bara yang melalui sungai ini. Memang sungai, yang salah satunya adalah sungai Mahakam, adalah salah satu jalur transportasi paling vital di Kalimantan, di mana banyak hasil-hasil bumi dan logistik yang dikirimkan menggunakan kapal yang melalui sungai ini.
Kota Samarinda sendiri bukan kota yang besar. Sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Timur, ukuran kota Samarinda tidak lebih besar dari kota Malang di Jawa Timur. Walaupun begitu, kota Samarinda cukup vital, karena merupakan titik pertemuan antara tempat-tempat penting penghasil sumber daya alam di sekitar Kalimantan Timur, seperti Balikpapan dan Bontang.
Di Samarinda, gw dan temen-temen gw nginep di Swiss-Belhotel Borneo. Ini merupakan salah satu hotel berbintang yang ada di Samarinda. Di belakang hotel kami juga ada hotel Aston yang sangat mewah. Di samping hotel kami juga ada mall yang cukup besar. Gw tidur di lantai 7, dan kebetulan ada “bloopers” pada atap bangunan di bawah kami seperti yang terlihat pada foto di samping 😛
Sekian dulu cerita plesiran pertama gw ini. Besok bakal gw lanjutin Part 2 dan Part 3-nya. Sekarang karena sudah ngantuk, saya mau bobo dulu ya. Baru nyampe rumah jam stengah 12 malam langsung blogging hingga stengah 2. 😛