Perilaku Anti-Koding Di Fasilkom

Sangat disayangkan wabah anti-koding di Fasilkom makin menjadi-jadi. Ternyata penyebaran wabah penyakit tersebut lebih cepat dan lebih parah dari yang diprediksi! Fenomena anti-koding sebenarnya sudah gw lihat di angkatan gw sendiri yang lebih ramai mengambil kuliah-kuliah teoritis-praktis-non-ilmu-komputer semacam manajemen bisnis, administrasi bisnins, dan lainnya yang notabene tidak “segitunya” computer science. Bukannya gw menolak kuliah-kuliah tersebut, gw pun malah pengen ngambil kuliah manajemen di FE buat nambah wawasan. Namun ternyata sebagian besar mahasiswa Fasilkom lebih ramai di kuliah-kuliah pilihan tersebut dibandingkan kuliah-kuliah pilihan yang “Fasilkom Bangets” seperti Teknik Kompilator, Natural Language Processing, Logic Programming, dan lainnya. dan parahnya, banyak dari teman-teman gw sendiri yang merasa “terpaksa” mengambil kuliah-kuliah wajib programming seperti Struktur Data dan Algoritma, dan pada akhirnya mereka semua lupa dengan kuliah tersebut ketika sudah beberapa tahun meninggalkan kelas tersebut.

Jelas saja dosen-dosen pada gerah mendengar kualitas programming skills dari mahasiswa Fasilkom jauh menurun belakangan ini. Melihat di lapangan yang kondisinya seperti ini gw pun jadi ikut miris. Sebenarnya apa sih niat mereka setelah lulus dari Fasilkom? Gw mendengar sekilas-sekilas bahwa mereka lebih prefer menjadi konsultan, manajer, ataupun apapun yang tidak dekat-dekat dengan kodingan. Padahal menurut gw ini cukup salah kaprah karena mestinya mau jadi konsultan atau manajer proyek sekalipun, lu harus mengerti konsep-konsep kodingan bahkan memang harus bisa mengoding.

Sekedar contoh, mengingat-ingat freelancing gw sama Raufan Multahada yang diajakin sama Fuady Rosma Hidayat, manajer gw atau apalah istilahnya, Malky Irawan Wullur, beliau sangat-sangat-sangat memiliki banyak pengetahuan luar dalam mengenai Win32 API yang berguna untuk kelangsungan proyeknya. Sehingga jika gw atau Raufan menghadapi kendala, beliaulah yang nanti akan menjelaskan teknik-tekniknya. Itulah mengapa kalau jadi manajer atau konsultanpun harus mengerti luar dalam dengan kodingan yang kalian manajeri. Malu kan kalo jadi manajer atau konsultan tau-tau keliatan gagap pas ditanyain klien atau anak buahnya. Sama seperti ketika bokap gw menjalankan perusahaannya, sebagai manajer beliaulah yang pertama kali kursus tentang Freight Forwarding, kemudian mengajarkan anak buahnya dan akhirnya sekarang banyakan tinggal duduk di ruang kerjanya.

Jadi kuliah di Fasilkom mestinya jangan disia-siakan bagi mereka yang menyia-nyiakannya. Karena terlalu banyak ilmu yang bisa didapatkan di Fasilkom tapi nggak tersedia dengan mudah di luaran sana. Personally gw pun merasa begitu. Gw belajar kodingan (VB6) waktu SMP. Pas mau beralih ke VB.NET gw stuck dan akhirnya stagnan hingga gw keterima di Fasilkom. Resource yang tersedia di Fasilkom tidak cuma sekedar kuliah. Teman-teman yang jago ngoding, organisasi-organisasi yang berbau kodingan, bahkan WiFi tak terbatas yang disediakan di Fasilkom adalah resource yang sangat berharga. Pas SMA dulu gw ngomong hal-hal yang berbau geek ke temen-temen gw kaga ada yang ngerti apa yang gw omongin. Tapi di kampus, gw menemukan banyak temen-temen yang sepaham, seide, dan berbagai macam wawasan lainnya yang akhirnya memperkaya pengetahuan gw.

Budaya plagiarisme juga menjadi symptom dari penyakit anti-koding di Fasilkom. Karena mereka merasa kesulitan, dan akhirnya menyerah, akhrinya mereka mencari jalan pintas yaitu meng-copy program teman lainnya demi mencapai batas minimal nilai untuk lulus. Inilah yang membuat dosen-dosen, khususnya dosen programming, kecewa berat. Terutama dengan kejadian kuliah SDA semester kemarin yang banyak sekali ditemukan program-program yang sama persis, namun cuma diganti nama pembuatnya. Gw sebagai asisten SDApun merasa bertanggung jawab atas kejadian ini, karena bisa jadi para mahasiswa kurang bisa menangkap apa yang gw jelaskan, dan mayoritas mahasiswa terlalu malu untuk bertanya ke gw.

Jadi, blak-blakan aja, Ngapain lo masuk Fasilkom kalo lo anti-kodingan? Sungguh menyia-nyiakan waktu kalian selama 4 tahun. Lebih baik kalian masuk ke jurusan lain yang lebih kalian sukai, dan kalian bisa memperoleh lebih banyak manfaat dibandingkan di Fasilkom namun anti-kodingan. Buat para anak yang mau lulus SMA, silakan pikirkan lagi matang-matang sebelum memilih Fasilkom ataupun Informatics sebagai pilihan di ujian seleksi masuk universitas nanti. Fasilkom bukanlah sumber uang masa depan jika lu anti-kodingan. Masa semua lulusan Fasilkom jadi manajer? Entar coder dari project kalian siapa dong? Padahal mahasiswa-mahasiswa Fasilkom dan Informatics universitas unggulan macem universitas tempat gw bernaung saat ini harusnya bisa menjadi trendsetter dan rujukan programmer-programmer handal di Indonesia, yang mestinya kualitasnya jauh diatas lulusan kursus-kursus kecil maupun universitas swasta yang (maaf) kurang berkualitas.

Slentingan ini adalah ekspresi mirisnya gw terhadap fakta dimana banyak temen-temen gw di Ilkom yang anti-kodingan dan tidak berusaha untuk menyembuhkan dirinya. Tulisan ini juga untuk memotivasi mahasiswa Fasilkom lainnya. Kalau tulisan ini mampir di media global macam Kompasiana gimana ya? Apa para dosen setuju dan berani mengekspos fenomena menyedihkan ini?