Sebuah Masalah Persahabatan
Serba salah juga gw kalo gw bilang gw sahabatan sama seseorang tapi gw nggak memikirkan sahabat gw itu. Lebih serba salah lagi ketika sahabat gw merasa tidak perlu untuk memikirkan gw padahal dia mengatakan bahwa dia adalah sahabat gw.
Bullshit banget kan? Nggak tau apa yang bisa bikin sahabat gw itu menjadi seperti itu semenjak setahun terakhir ini. Apa karena dia menemukan sahabat lain yang lebih bisa mendukung dia, ataukah dia sibuk dengan segala urusannya, atau mungkin sebenarnya dia hanya memanfaatkan gw dulu?
Opsi ketiga sih nggak mungkin lah. Gw percaya sama dia. Dia nggak mungkin memanfaatkan gw. InsyaAllah perilaku dia nggak seburuk itu. Tapi kan bagaimanapun, jika dia merasa bahwa dia bisa dengan mudah meninggalkan sahabat-sahabatnya hanya karena segala macam urusannya itu adalah sebuah perilaku yang sangat buruk.
Mungkin nggak kalo cuma gw yang ngerasa kayak gitu? Kayaknya nggak deh. Sahabat-sahabat dia yang lain juga merasakan hal yang sama. Nggak cuma temen-temen deketnya. Banyak sekali teman-temannya (In which i know them), yang mengatakan hal yang sama. Ketika kami berusaha mendekati dia, dia malah menjauh.
Dia pernah minta maaf ke gw sekali. Dia berkata bahwa dia sedang dalam masa merenungkan diri dan segala macam alasan lain yang menurut gw masih masuk akal. Sekalinya pintu maaf gw terbuka, dia menyia-nyiakannya. Dia tidak berubah!
Waduh, dia sahabat gw tapi ternyata dia sudah melakukan hal yang paling haram dilakukan sama gw. Dan demi menerapkan hak asasi pertemanan, gw bakal memperlakukan dia sama seperti orang-orang lain, dimana pintu maaf gw mungkin TIDAK akan terbuka lagi untuk kedua dan kesekian kalinya.
Kita semua sudah tahu bagaimana dia ternyata. Kalo gw sih udah frontal aja. Gw ga perlu mikirin orang yang SUDAH TIDAK PANTAS disebut sahabat lagi. Walaupun kalo gw mengatakan kata ‘Sahabat’, sejenak kata itu mengacu pada diri dia yang sempat menjadi sahabat gw. Gw terlalu baik dibandingkan temen-temen gw yang lain yang juga bersahabat dengan dia. Banyak temen-temen gw itu yang udah nggak peduli dari dulu. Namun dulu gw belum melihat dengan mata gw sendiri.
Sekarang, gw sudah melihat dengan mata gw, mendengar dengan telinga gw, dan berpikir dengan otak, hati, dan perasaan gw, sehingga jawaban gw sudah BULAT!
PS: Btw, gw saat ini sedang dicurhatin sama sahabat-baru-beberapa-bulan dari sahabat gw itu loh
PSS: Gw harap sih dia baca post ini. Tapi sayang dia ga punya Facebook. Kuper sih. Hahahaha